Resensi Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme Jilid 2 (Sartono Kartodirdjo)
Bagi dunia, ketiga abad ke-20 dapat diberi julukan Abad
nasionalisme,yaitu suatu kurun waktu dalam sejarahnya yang nenyaksikan
pertumbuhan kesadaran berbangsa serta gerakan nasionalis untuk memperjuangkan
kemerdekaannya. Perkembangan nasionalisme pada umumnya merupakan reaksi
terhadap imperialisme dan kolonialisme yang merajalela dalam abad ke-19 dan
bagian pertama abad ke-20. Ekspansi barat sejak lahir abad ke-15
memunculkan Belanda besera VOC-nya sebagai pemenang monopoli serta hegemoni
politik di kawasan Nusantara, kendati perlawanan yang dihadapi ada dimana-mana.
Berbeda sekali dengan sifat perlawanan itu, gerakan nasional mewujudkan corak
dan bentuk jawaban yang disesuaikan dengan struktur serta sistem masyarakat
kolonial, maka periode 1900-1942 sebagai periode gerakan itu dwpat dibedakan
dari masa sebelumnya.
Pada akhir abad ke-18 VOC bangkrut dan pada tahun 1800 kekayaan
diambil alih kerajaan. Pemerintah Belanda melanjutkan politik traditional
Kumpeni dengan tujuan memperoleh penghasilan sebagai upeti dan laba
perdagangan, semuanya demi keuntungan kerajaan. Seperti politik dan
administrasi Kumpeni dijalankanlah suatu sistem pemerintahan tidak langsung,
pembesar-pembesar pribumi dan agen-agen Belanda dikuasakan mengawasi tanam
wajib yang hasilnya untu"npasaran Eropa. Pada tahun 1830-1870 politik
kolonial Belanda memperoleh suatu sistem yang pasti dan konsekuen, yang
kemudian dikenal dengan nama Culturstelsel. Hakikat dari Culturstelsel ini adalah bahwa
penduduk, sebagai ganti membayar pajak tanah sekaligus, harus menyediakan
sejumlah hasil bumi yang nilainya sama dengan pajak tanah itu. Sampai pada
akhirnya diterapkannya politik Ethis dengan menggunakan tiga sila sebagai
slogan, yaitu "Irigasi, Edukasi, dan Emigrasi". Banyak sifat
imperialisme terdapat di dalam kegiatan orang Belanda di Indonesia. Penjelasan
penulis dalam buku ini hanya terbatas untuk menunjukkan bahwa
kepentingan ekonomi agaknya memang menjadi faktor penentu yang terpenting dari
imperealisme.
Dalam jilid ini proses integrasi diungkapkan terjadi pada dimesi sosial politik, jadi bukan dimensi geopolitik. Secara khusus perlu menjadi pusat perhatian integrasi politik kaum elite baru, sebab golongan inilah yang memegang peranan segai inovator politik atau protagonis nasionalisme Indonesia. Berpijak pada sebuah fakta bahwa setiap generasi menulis sejarahnya sendiri, penulis terpanggil merekontruksi sejarah nasional sesuai dengan kerangka pemikiran menurut teori dan metodologi ilmu sejarah pada umumnya dan sejarah dengan pendekatan ilmu sosial khususnya.
Komentar
Posting Komentar